Prestige dan Gaya Hidup.
Semakin hari, jalanan Jakarta semakin padat dengan kendaraan yang selalu bertambah. Perjalanan jarak dekat menjadi lama karena macet. Apa yang terjadi sebenarnya? Mobil pribadi semakin banyak, kendaraan umum juga bertambah, tetapi jalanan yang mereka pakai tidak bertambah atau meluas. Maka terjadilah ledakan kendaraan penyebab wabah macet. Perjalanan yang seharusnya hanya memakan waktu 30 menit, pada hari-hari tertentu, bertambah sampai 2-3 jam. Gila sekali! Apa yang membuat ini sampai terjadi? Ternyata jawabannya yaitu prestige dan gaya hidup.
Di tahun 2015 ini, penanda bahwa seseorang adalah mampu di mata orang lain, yang merupakan sebuah standar publik dan gaya hidup, yaitu memiliki kendaraan pribadi. Semakin banyak, semakin bagus di mata orang lain. Dengan cara apapun seseorang tidak akan membiarkan orang lain memandang rendah dirinya. Maka ia belilah kendaraan, sebiji setahun, atau berganti mobil setiap tahunnya. Tanpa memikirkan resikonya, asal mereka bagus di mata orang lain. Mereka tidak sudi naik kendaraan umum dengan alasan mobilnya jelek, tidak aman seperti kendaraan pribadi, dan jalannya lama. Itu semua alasan supaya mereka ngga dipandang rendah orang lain, yang sedihnya, di-iyakan dengan mereka yang mempunyai jalan pikiran yang sama. Mari kita lihat, apa benar seperti itu? Kendaraan umum seperti angkot dan bis kopaja memang mobilnya jelek, karena perawatan tidak maksimal. Tapi apakah anda naik mobil karena tampilan luarnya? Bukan karena fungsinya yang dapat membawa anda ke tujuan? Tentunya dengan biaya yang lebih terjangkau. Bicara soal keamanan antara kendaraan umum dan kendaraan pribadi, mari kita telaah lebih dalam. Apa yang membedakan mobil pribadi dengan taksi? Tarif taksi lebih mahal banding mobil pribadi. Tunggu sebentar, mobil pribadi punya tarif juga?? Kita bayar tarifnya ke siapa, mobilnya kan personal?? Mereka yang tidak jeli pasti bertanya demikian. Biaya bensin dan perawatan bulanan itu termasuk dalam tarif mobil pribadimu. Kalau ditotal keseluruhan, mungkin taksi memang agak lebih mahal sedikit. Tetapi tidak akan stress dan lelah berlebih jika macet, karena bukan kamu yang menyetir. Seperti mempunyai supir pribadi yang dapat membawa kemana saja. Lalu, hubungannya dengan keamanan? Seperti yang disebut di atas, kamu tidak akan stress dan lelah berlebihan jika macet, meminimalkan terjadinya kecelakaan karena tidak fokus. Simulasikan kamu sudah terlambat ke kantor, sementara lokasimu masih jauh dari kantor dan macet total. Wajahmu mulai menegang, emosi bertambah, tombol klakson dihajar berkali-kali, mencoba mencari celah untuk disalip supaya kamu dapat melaju lebih depan. Apa ini sesuatu yang wajar? Dan ketika emosi sudah menguasai diri dan waktu semakin mepet, maka cara apapun akan ditempuh. Serobot kanan kiri untuk mendapatkan celah sempit supaya tidak terjebak macet, dan akhirnya malah menyebabkan macet yang semakin parah. Belum terhitung kecelakaan yang mungkin terjadi jika ada pengemudi lain dalam keadaan serupa. Tidak semua orang seperti ini, tapi setidaknya saya bisa menggambarkannya, karena saya hafal sifat orang yang dikuasai emosi (haha).
Harapan saya kedepannya semoga semakin banyak yang sadar akan resiko dari ledakan kendaraan. Kemacetan bukanlah sesuatu yang mudah untuk diselesaikan jika hanya satu pihak yang mencoba menghentikannya. Dengan berkurangnya kendaraan, maka kita dapat meminimalisir kecelakaan yang dapat diartikan juga sebagai menyelamatkan nyawa manusia dan lingkungan yang lebih bersih bebas asap kendaraan bermotor. Dengan menggunakan kendaraan umum, itu juga berarti kita membantu masyarakat dengan membuka lapangan kerja baru. Win-win situation. Sekian rant saya untuk kali ini, semoga bermanfaat.
Peace out.
Di tahun 2015 ini, penanda bahwa seseorang adalah mampu di mata orang lain, yang merupakan sebuah standar publik dan gaya hidup, yaitu memiliki kendaraan pribadi. Semakin banyak, semakin bagus di mata orang lain. Dengan cara apapun seseorang tidak akan membiarkan orang lain memandang rendah dirinya. Maka ia belilah kendaraan, sebiji setahun, atau berganti mobil setiap tahunnya. Tanpa memikirkan resikonya, asal mereka bagus di mata orang lain. Mereka tidak sudi naik kendaraan umum dengan alasan mobilnya jelek, tidak aman seperti kendaraan pribadi, dan jalannya lama. Itu semua alasan supaya mereka ngga dipandang rendah orang lain, yang sedihnya, di-iyakan dengan mereka yang mempunyai jalan pikiran yang sama. Mari kita lihat, apa benar seperti itu? Kendaraan umum seperti angkot dan bis kopaja memang mobilnya jelek, karena perawatan tidak maksimal. Tapi apakah anda naik mobil karena tampilan luarnya? Bukan karena fungsinya yang dapat membawa anda ke tujuan? Tentunya dengan biaya yang lebih terjangkau. Bicara soal keamanan antara kendaraan umum dan kendaraan pribadi, mari kita telaah lebih dalam. Apa yang membedakan mobil pribadi dengan taksi? Tarif taksi lebih mahal banding mobil pribadi. Tunggu sebentar, mobil pribadi punya tarif juga?? Kita bayar tarifnya ke siapa, mobilnya kan personal?? Mereka yang tidak jeli pasti bertanya demikian. Biaya bensin dan perawatan bulanan itu termasuk dalam tarif mobil pribadimu. Kalau ditotal keseluruhan, mungkin taksi memang agak lebih mahal sedikit. Tetapi tidak akan stress dan lelah berlebih jika macet, karena bukan kamu yang menyetir. Seperti mempunyai supir pribadi yang dapat membawa kemana saja. Lalu, hubungannya dengan keamanan? Seperti yang disebut di atas, kamu tidak akan stress dan lelah berlebihan jika macet, meminimalkan terjadinya kecelakaan karena tidak fokus. Simulasikan kamu sudah terlambat ke kantor, sementara lokasimu masih jauh dari kantor dan macet total. Wajahmu mulai menegang, emosi bertambah, tombol klakson dihajar berkali-kali, mencoba mencari celah untuk disalip supaya kamu dapat melaju lebih depan. Apa ini sesuatu yang wajar? Dan ketika emosi sudah menguasai diri dan waktu semakin mepet, maka cara apapun akan ditempuh. Serobot kanan kiri untuk mendapatkan celah sempit supaya tidak terjebak macet, dan akhirnya malah menyebabkan macet yang semakin parah. Belum terhitung kecelakaan yang mungkin terjadi jika ada pengemudi lain dalam keadaan serupa. Tidak semua orang seperti ini, tapi setidaknya saya bisa menggambarkannya, karena saya hafal sifat orang yang dikuasai emosi (haha).
Harapan saya kedepannya semoga semakin banyak yang sadar akan resiko dari ledakan kendaraan. Kemacetan bukanlah sesuatu yang mudah untuk diselesaikan jika hanya satu pihak yang mencoba menghentikannya. Dengan berkurangnya kendaraan, maka kita dapat meminimalisir kecelakaan yang dapat diartikan juga sebagai menyelamatkan nyawa manusia dan lingkungan yang lebih bersih bebas asap kendaraan bermotor. Dengan menggunakan kendaraan umum, itu juga berarti kita membantu masyarakat dengan membuka lapangan kerja baru. Win-win situation. Sekian rant saya untuk kali ini, semoga bermanfaat.
Peace out.