Selamat. Kamu baru saja menghancurkan anakmu. (Part 2)

Lanjutan dari post sebelumnya.
Source: You Just Broke Your Children. Congratulations.

Ayah, apakah wajahmu menjadi cerah ketika pertama melihat anakmu di pagi hari atau ketika kamu baru pulang kerja? Apakah kamu tidak mengerti bahwa perasaan sang anak berputar di sekitar apa yang mereka lihat di wajahmu?

Ayah, tidakkah kamu mengerti bahwa anak adalah apa yang kamu katakan terhadap mereka? Bahwa orang akan menjadi apa yang dilabelkan kepada mereka? Apakah apapun yang anakmu lakukan sungguh-sungguh hal terbodoh yang pernah kamu lihat pada orang lain? Apakah itu benar-benar sesuatu yang konyol? Apakah kamu benar-benar mempercayai bahwa anakmu bodoh? Karena sekarang dia sudah menjadi bodoh. Pikirkan itu. Karena kamu mengatakannya, maka dia menjadi seperti itu. Bravo.

Ayah,  apakah kamu mengira orang-orang akan mempercayaimu bahwa kamu tidak mampu meluangkan 20 menit waktumu mematikan komputer atau mematikan televisi untuk bermain dengan anakmu? Itu harus terjadi setiap hari. Apakah kamu tidak mengerti bahwa anak akan bergantung terhadap segi kepercayaannya ketika ayahnya bermain bersama mereka dan bagaimana ia terlibat ketika ia bermain dengannya? Apakah kamu tau kerusakan yang terjadi ketika kamu tidak bermain bersama mereka?


Ayah, haruskah siapapun menerima bahwa kemarahn terkadang penting atau dibutuhkan? Tidakkah kamu mengerti bahwa amarah adalah emosi seseorang yang ingin mengontrol orang lain tetapi pada waktu yg bersamaan gagal mengontrol dirinya sendiri? Apakah kamu tidak mengetahui bahwa ada jutaan buku yang dapat mengajarkan metode yang lebih baik? Lebih penting lagi, apakah kamu melihat kecepatan ketika sang anak hancur atau menjadi tertantang ketika kemarahan menguasai? Apakah tidak sebegitu pekanya kamu terhadap cahaya sang anak bahwa itu tidak menghancurkanmu sama sekali ketika mereka gemetar atau meringkuk ketakutan di hadapanmu? Apakah itu yang kamu inginkan anakmu lakukan? Untuk takut kepadamu?

Ayah, tidakkah kamu menyadarinya bahwa anakmu membutuhkan untuk merasakan kulitmu padanya? Tidakkah kamu sadari ikatan yang hebat dan kuat ketika melakukan kontak kulit dengan anakmu? Tidakkah kamu paham hubungan mental yang permanen ketika mengusap punggung anak laki-lakimu atau mengelus perut anak perempuanmu ketika membacakannya cerita sebelum tidur? Dan jika ada orang bodoh yang berpikir ini tidak pantas, kamu akan ditendang di muka, pertama oleh saya, dan kedua oleh para ayah-ayah baik lainnya. Menyentuh anakmu adalah tugas sebagai ayah.

Ayah, bangunlah! Jiwa-jiwa yang berharga ini, yang berada dalam kepedulianmu adalah unik dan sangat sensitif. Apapun yang kamu katakan atau tidak katakan akan memepengaruhi kemampuan, kesuksesan, dan kebahagiaan mereka selama hidupnya.

Apakah kamu tidak menyadarinya bahwa anak akan membuat banyak kesalahan? Tidakkah kamu menyadari kerusakan yang terjadi ketika kamu mendorong anaku kepada masalah yang dibuatnya atau membuatnya merasa tak berguna karena memecahkan sesuatu? Apakah kamu sadar betapa mudahnya membuat anakmu merasa sengsara? Sesimpel kata-kata ini, "mengapa kamu melakukan itu?!" atau "sudah berapa kali aku bilang.."

Aku bertanya padamu.

Pernah kamu melihat mata orang tua yang ditinggal mati anaknya?
Aku pernah

Pernahkah kamu menangis ketika pemakaman anak kecil?
Aku pernah.

Pernahkah kamu menyentuh peti kayu yang berisi anak kecil di dalamnya?
Yang mana canda tawanya tidak akan terdengar lagi?
Aku pernah.

Jika kamu ingin motivasi untuk menjadi ayah terbaik di Bumi, lakukan sekali saja.

Ayah, ini saatnya untuk mengatakan kepada anak kita, bahwa kita mencintainya. Terus-menerus. Ini saatnya untuk menunjukkan kepada anak kita bahwa kita mencintainya. Ini saatnya untuk menikmati dua puluh ribu pertanyaan harian dan ketidakmampuan mereka melakukan sesuatu secepat yang kita inginkan. Ini saatnya untuk menikmati permainan kata-kata dan kelitikan-kelitikan mereka. Ini saatnya untuk menikmati ekspresi wajah mereka dan kata-kata yang mereka salah eja. Saatnya untuk menikmati apa pun anak kita..

Bersambung.