School, Flexi-school, Homeschool.

Berbeda dengan kebiasaan di Amerika Serikat yang lebih populer dengan sebutan homeschooling, para praktisi pendidikan rumah di Inggris lebih menyukai sebutan “home education” atau kalau diterjemahkan adalah pendidikan rumah. Sebab, education maknanya lebih luas dan daripada schooling yang merupakan satu bentuk pendidikan yang terstruktur.

Di luar sekolah (schooling) dan pendidikan rumah (home-ed), di Inggris mengenal model lain yaitu flexi-schooling. Ada lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pendidikan beberapa hari dalam seminggu (2-3 hari) atau term, ke sekolah. Sisanya, siswa belajar sendiri di luar lembaga tersebut.

Nah, lembaga yang menyediakan layanan pendidikan 3 hari dalam seminggu itu tidak disebut home education atau homeschooling. Tetapi lembaga itu masuk kategori flexi schooling, alias sekolah fleksibel. Posisi flexi schooling berada di antara homeschooling/home education dan schooling.

***

Saya berharap tulisan mengenai praktek pendidikan di Inggris menjadi refleksi tentang penggunaan istilah homeschooling di Indonesia.
Di belahan dunia manapun, baik di Amerika, Inggris, Australia, Philipina, dll; yang disebut homeschooling atau home education adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga. Kalau pendidikan diselenggarakan oleh sebuah lembaga tertentu, maka sebutannya PASTI bukan disebut homeschooling atau home education. Sebutan untuk lembaga pendidikan itu bisa bermacam-macam: school, academy, dsb.

Nah, di Indonesia ini banyak sekali lembaga-lembaga yang menyebutkan diri sebagai homeschooling. “Homeschooling ABC” atau “XYZ Homeschooling”. Penyebutan lembaga-lembaga dengan sebutan homeschooling itu menimbulkan kerancuan dan tidak sehat dalam proses edukasi masyarakat. Masyarakat mendapatkan informasi yang salah tentang homeschooling. Akibatnya, pertanyaan-pertanyaan tentang homeschooling pun menjadi aneh: berapa biaya masuk homeschooling, adakah lokasi homeschooling di dekat rumah saya, bagaimana mendapatkan franchise homeschooling, bagaimana cara mendirikan homeschooling, dsb?

Beberapa praktisi dan pemerhati homeschooling sudah berulang kali mengingatkan bahwa sebutan homeschooling itu untuk keluarga, bukan lembaga. Tetapi, suara itu kalah gempita dibandingkan promosi “homeschooling ABC” yang dilakukan oleh lembaga-lembaga bisnis yang menggelontorkan banyak dana untuk mendapatkan siswa.

***

Melalui posting ini, semoga tidak ada kesalahpahaman dalam penggunaan istilah homeschooling, sebelum kondisinya semakin parah dan Indonesia menjadi bahan cemoohan di dunia internasional akibat nafsu bisnis yang disalurkan dengan cara yang tidak sehat ini.

Mengulang prolog posting ini, diantara sekolah (schooling) dan sekolah rumah (homeschooling) itu sebenarnya ada satu kategori yang disebut flexi-schooling. Nah, lembaga-lembaga di Indonesia yang menyebutkan diri sebagai “homeschooling ABC” atau “XYZ Homeschooling” itu sebenarnya masuk dalam kategori “flexi-school”. Dia disebut school (sekolah) karena dia adalah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan serupa dengan sekolah formal. Dia dibedakan dengan sekolah yang biasa karena pendekatannya berbeda: masuk 2-3 hari/minggu, menggunakan pendekatan yg berbeda, dsb. Tetapi dia bukan homeschooling.

Apa yang salah dengan sebutan flexi-school? Mengapa tetap ingin menggunakan sebutan homeschooling untuk nama lembaga? Bukankah flexi-school adalah sebuah inovasi pendidikan yang keren juga? Bukankah ada banyak kelompok masyarakat yang membutuhkan pendidikan dengan model flexi-school? Mereka tak cocok dengan sekolah, tetapi mereka juga tak sanggup menyelenggarakan sendiri pendidikan di rumah (homeschooling/home-ed).

Bukankah keren juga kalau sebutannya adalah “PKBM ABC”, “Lembaga Pendidikan CDE”, “Sekolah Fleksi XYZ” atau sebutan-sebutan lain yang intinya adalah menyelenggarakan pendidikan yang fleksibel?

Mengenai sebutan itu, ada sebagian lembaga yang berdalih bahwa mereka adalah Komunitas Homeschooling. Sebutan komunitas ini juga perlu dilihat dengan cemat. Praktek yang umum di dunia internasional, yang disebut komunitas itu adalah kumpulan dari para anggota yang melakukan kegiatan bersama; model pengelolaan dan pembiayaannya bersifat kolektif. Komunitas bukanlah lembaga yang dimiliki satu orang, apalagi lembaga yang tujuannya untuk mencari keuntungan bisnis.

***

Sekali lagi, mari kita tempatkan istilah-istilah itu pada tempatnya yang tepat. Sekolah adalah sekolah, dia masuk dalam jalur pendidikan formal. Sekolah fleksi adalah lembaga pendidikan non-formal. Sekolah rumah atau pendidikan rumah adalah pendidikan keluarga yang berada dalam pendidikan informal.

Dengan mulai menempatkan hal-hal pada tempatnya yang tepat, semoga kita menjadi bagian dari solusi untuk mengedukasi masyarakat, bukan bagian dari kesalahpahaman.

Source