Cara menghadapi kuiz ‘dadakan’ yang diberikan untuk anak Homeschooling.
Ada satu hal yang sering dialami oleh anak-anak homeschooling, yaitu: diberikan ujian lisan mendadak oleh saudara jauh atau teman yang tidak menyukai gagasan homeschooling. Misalnya tiba-tiba si anak homeschooling ini ditanyai pamannya, “Coba kamu sebutkan sila ke-4 Pancasila!” atau, ”Kamu tahu nggak bahasa Inggrisnya ‘jerapah’?”
Pertanyaan-pertanyaan tes mendadak seperti itu datang dari keyakinan bahwa tidak mungkin pintar tanpa belajar di sekolah. Jadi sebenarnya mereka sedang mencoba membuktikan anak homeschooling pasti bodoh, dan mereka sudah siap menertawakan kalau dia tidak bisa menjawab. Sikap tidak respek semacam ini tidak hanya datang dari orang-orang dewasa (yang tetap saja tidak tahu tata krama meskipun terdidik di sekolah), tetapi juga datang dari anak-anak yang menjadi teman anak homeschooling (begitulah, buah apel jatuh tidak jauh dari pohonnya).
Pertama, kita perlu ingat, bahwa anak-anak sekolah dilatih oleh guru untuk menjawab dengan cepat dan benar, dan kalau mereka gagal melakukannya, mereka dilatih untuk merasa malu dan rendah diri. Anak-anak sekolah terbiasa membiarkan dirinya dinilai oleh orang dewasa.
Anak homeschooling hidup dalam dunia nyata, dan dunia nyata mensyaratkan “sikap saling menghormati” dan “menghargai perbedaan” dalam interaksi sosial dengan orang lain. Dia boleh menolak menjadi objek tes lisan kurang ajar tersebut. Coba bayangkan bagaimana kalau anak homeschooling menggunakan cara yang sama untuk membuktikan kebodohan anak sekolah atau orang dewasa tersebut?
Di dunia ini tidak ada orang yang betul-betul sama pengetahuannya. Belum tentu berusia sama tetapi bepengetahuan sama.. Kita, yang hidup di dunia nyata, tidak saling merendahkan karena perbedaan ilmu tersebut. Kita berbeda untuk saling melengkapi.
Kalau anak kita yang homeschooling masih kecil, atau memang dia bersifat pemalu, tugas kita sebagai orangtua adalah melindungi dia dari serangan pertanyaan lisan tersebut. Kita bisa mengatakan dengan sopan, maaf ya, anakku nggak suka dites. Jadi tolong hentikan itu. Atau: sini, mana anakmu, biar aku tes juga.
Seiring dengan pertumbuhan anak homeschooling, dia akan bisa menghadapi sendiri situasi sosialisasi seperti itu dengan percaya diri dan secara dewasa, menggunakan cara-caranya sendiri.
Source
Pertanyaan-pertanyaan tes mendadak seperti itu datang dari keyakinan bahwa tidak mungkin pintar tanpa belajar di sekolah. Jadi sebenarnya mereka sedang mencoba membuktikan anak homeschooling pasti bodoh, dan mereka sudah siap menertawakan kalau dia tidak bisa menjawab. Sikap tidak respek semacam ini tidak hanya datang dari orang-orang dewasa (yang tetap saja tidak tahu tata krama meskipun terdidik di sekolah), tetapi juga datang dari anak-anak yang menjadi teman anak homeschooling (begitulah, buah apel jatuh tidak jauh dari pohonnya).
Bagaimana menghadapinya?
Pertama, kita perlu ingat, bahwa anak-anak sekolah dilatih oleh guru untuk menjawab dengan cepat dan benar, dan kalau mereka gagal melakukannya, mereka dilatih untuk merasa malu dan rendah diri. Anak-anak sekolah terbiasa membiarkan dirinya dinilai oleh orang dewasa.
Ini berbeda dengan kondisi anak homeschooling.
Anak homeschooling hidup dalam dunia nyata, dan dunia nyata mensyaratkan “sikap saling menghormati” dan “menghargai perbedaan” dalam interaksi sosial dengan orang lain. Dia boleh menolak menjadi objek tes lisan kurang ajar tersebut. Coba bayangkan bagaimana kalau anak homeschooling menggunakan cara yang sama untuk membuktikan kebodohan anak sekolah atau orang dewasa tersebut?
Di dunia ini tidak ada orang yang betul-betul sama pengetahuannya. Belum tentu berusia sama tetapi bepengetahuan sama.. Kita, yang hidup di dunia nyata, tidak saling merendahkan karena perbedaan ilmu tersebut. Kita berbeda untuk saling melengkapi.
Kalau anak kita yang homeschooling masih kecil, atau memang dia bersifat pemalu, tugas kita sebagai orangtua adalah melindungi dia dari serangan pertanyaan lisan tersebut. Kita bisa mengatakan dengan sopan, maaf ya, anakku nggak suka dites. Jadi tolong hentikan itu. Atau: sini, mana anakmu, biar aku tes juga.
Seiring dengan pertumbuhan anak homeschooling, dia akan bisa menghadapi sendiri situasi sosialisasi seperti itu dengan percaya diri dan secara dewasa, menggunakan cara-caranya sendiri.
Source