"Apa kamu tidak takut anakmu jadi ANEH kalau Homeschooling?"


Itu malah salah satu kelebihan homeschooling, yaitu anak homeschooling belajar untuk tidak takut menjadi “aneh”.
Dalam hal ini kita setuju, bahwa sekolah adalah lembaga pendidikan yang menyeragamkan. Baju harus seragam, cara berpikir harus seragam, materi yang dipelajari harus seragam, semua serba sama dan seragam. Minat dan bakat pun harus seragam karena sekolah tidak mengakomodasi yang selain itu.

“Aneh” adalah segala sesuatu yang melenceng dari keseragaman itu. Anak-anak sekolah sangat takut menjadi berbeda. Anakku sekolah, bahkan terhadap kemungkinan tidak ikut acara karya wisata sekolah yang tidak wajib pun dia menjadi sangat stres, karena dia khawatir kalau tidak punya pengalaman yang serupa, dia akan dikucilkan teman-temannya di sekolah. Dikucilkan karena lain sendiri adalah bahaya yang nyata bagi anak-anak di sekolah.

Anak-anak homeschooling belajar bersosialisasi di lingkungan sekitarnya, di dunia nyata. Ternyata di dunia nyata, ada bermacam-macam jenis manusia, tidak seragam semua. Di dunia nyata tidak perlu menjadi sama seperti orang lain, dan lebih penting bagi anak homeschooling untuk menjadi dirinya sendiri. Anak homeschooling tidak takut berdiri sendirian untuk memperjuangkan sesuatu yang diyakininya benar.


Aneh tidak selalu buruk. Aneh adalah juga unik, tidak lazim, mengagumkan.
Semua orang sukses di dunia ini orang-orang yang aneh, unik, tidak lazim, dan menjadi buah bibir karena karakternya yang tidak dimiliki orang lain. Takut menjadi aneh, takut malu, takut akan penilaian negatif orang lain, semua itu melumpuhkan anak-anak dalam berkarya. “Ah jadi biasa-biasa saja, ikut arus saja, seperti ikan mati di sungai yang mengalir, tidak perlu ambil risiko dianggap aneh.”

Anak-anak homeschooling berani berkarya karena mereka tidak terkekang perasaan takut dinilai aneh. Sepertinya, anak homeschooling memang lain sendiri.


Di sekolah pun ada anak-anak yang aneh, masa sih kamu tidak ingat?
Di sekolah pun ada anak-anak yang tetap aneh dari awal sampai akhir masa sekolah, tidak serta-merta “sembuh” setelah disekolahkan. Sayangnya, di sekolah mereka bukan diterima dengan suka cita sebagaimana apa adanya, melainkan diledeki, dikucilkan, dan dijadikan sasaran bullying oleh anak-anak lain. Kasihan, bukan? Padahal tujuan orangtua menyekolahkan adalah agar anak-anak menjadi percaya diri dan menerima pendidikan yang baik, bukan menjadi korban bullying yang melukai harga dirinya dan menghambat hidupnya bahkan sampai dia dewasa.


Orangtua yang berani memilih homeschooling sedikit banyak adalah orang-orang “aneh”.
Aneh dong, ketika semua orang lain pilih sekolah, kok mereka nekad ambil jalan lain? Nggak ada jaminannya gitu lho! (Sekolah juga tidak ada jaminannya, tetapi orang-orang yang “tidak aneh”, tidak menyadarinya, bukan?) Orangtua homeschooling melihat jalan lain yang terlihat lebih masuk akal dalam metode pendidikan anak-anaknya, dan berani mengambil jalan homeschooling, meskipun berisiko menjadi keluarga yang berbeda dengan keluarga kebanyakan. Orangtua homeschooling tidak keberatan dan malah senang jika anak-anaknya menjadi se-”aneh” dirinya.


Mereka cuma anak-anak.
Sebetulnya, sampai sekarang aku belum pernah bertemu dengan anak homeschooling yang aneh. Mereka terlihat seperti anak-anak biasa saja. Tidak ada yang tahu mereka homeschooling kalau tidak ada yang bertanya. Tetapi masalahnya kan basa-basi di lingkungan kita, selalu kata-kata,”Sekolahnya dimana? Kelas berapa?”

Setelah mereka tahu anak kita homeschooling, barulah bagi orang yang bertanya tersebut anak kita terlihat aneh. Mereka mencari-cari kesalahan anak kita, dengan sembunyi-sembunyi maupun bicara terang-terangan. Padahal aku juga belum pernah bertemu anak sekolah yang sempurna. Wajarlah ada kekurangannya. Namanya juga anak-anak. Namanya juga manusia. Orang dewasa pun tidak ada yang sempurna, jadi sungguh tak logis mengharapkan kesempurnaan dari anak homeschooling.


Aneh hanyalah masalah persepsi.
Orang-orang yang tidak sependapat, otomatis menganggap orang lain sebagai orang aneh. Aku pun sama, menganggap aneh orang-orang yang keyakinannya tidak dapat kupahami. Ketika orang lain menganggap aku aneh, sangat mungkin aku pun menganggap dia aneh.

Jadi biarlah orang lain menghakimi kita karena kita pun bebas menghakimi orang lain. Lanjutkan saja perjuangan masing-masing, dan jangan saling menganggu.


Ada yang lebih penting yang kita perjuangkan dengan homeschooling daripada menghindari komentar negatif oleh orang lain.
Dengan homeschooling, kita memberikan anak-anak masa kecil yang indah, penjelajahan ilmu dan kehidupan, kesempatan mempertanyakan, kegiatan luar ruangan, tantangan, kenyamanan, keterampilan berkebun, ikatan keluarga yang erat, dan lain-lain, yang sama sekali tidak sama jika anak-anak tetap di sekolah. Kalau hasilnya sama, ya sekolah saja, buat apa homeschooling. Begitu kita menyadari kesempatan dan kebebasan yang kita sediakan bagi anak-anak dengan homeschooling, kita tidak akan takut dinilai aneh atau apa saja oleh orang-orang, yang sebetulnya tidak begitu penting pendapatnya.

Source.