Homeschooling itu fleksibel.
Homeschooling itu fleksibel. Homeschooling itu bisa menjadi seberat atau semudah yang kamu mau. Kalau kamu merasa kewalahan, kurangi beban kurikulum yang kamu pilih itu. Kalau kamu merasa kurang tantangan, ya cari tambahan kegiatan lain. Semudah itu. Sesuaikan saja kegiatan homeschooling kita dengan kondisi anak dan keluarga kita sendiri.
Jadi ketika ada seorang ibu yang curhat dengan sangat ceria bahwa dia gagal homeschooling setelah mencoba, jangan langsung percaya homeschooling itu sulit! Bukankah aneh ya, gagal kok bangga? Jangan-jangan homeschooling-nya juga cuma sebulan, dia bilang ‘sudah mencoba’? Homeschooling seperti apa yang dia coba jalankan itu? Kenapa dia tidak mencoba membuat penyesuaian, malah sangat berbahagia menghentikan homeschooling-nya begitu saja? Barangkali dari awal yang ngotot homeschooling itu hanya suaminya, sedangkan dia sendiri tidak siap mental dan ingin menggagalkan dengan segala cara?
Bobot homeschooling itu bisa disesuaikan, dan malah harus disesuaikan, dengan kondisi anak, dan faktor-faktor lain. Apakah ada ya satu-satunya cara homeschooling yang benar? Tidak ada. Orang-orang pelakunya berbeda, kondisi keluarga berbeda, pengalaman-pengalaman kita berbeda, dan… tempat yang kita tuju juga berbeda-beda. Coba saja lihat 100 blog keluarga homeschooling di satu hari yang sama, pasti ada catatan tentang 100 kegiatan belajar yang berbeda.
Kalau kamu sudah sering membantu anakmu mengerjakan PR sekolah, kamu tahu homeschooling tidak perlu menjadi lebih kompleks dari itu. Tahu nggak, kegiatan-kegiatan percobaan sains yang ada di buku teks pelajaran Sains itu? Meskipun ada sih satu-dua yang dilakukan di kelas dengan panduan guru di kelas, tetapi lebih banyak yang tidak. Bahkan besar kemungkinan tidak dilakukan sama sekali. Guru di kelas memperlakukan semua kegiatan ekstra itu sebagai “saran”, bukan kewajiban. Jadi kalau homeschooling, tidak perlu merasa bersalah kalau tidak semua kegiatan sains di buku kita lakukan.
Selama anak-anak kita terlihat bahagia dan bersemangat belajar, kita sudah berhasil. Tetap berikan lingkungan belajar terbaik yang bisa kita berikan untuk mereka, tetap berikan cinta dan perhatian yang mereka butuhkan, berdoa, dan yakinlah semua akan beres dengan sendirinya dengan seizin Yang Kuasa. Mereka tidak butuh cinta dari guru di sekolah, mereka butuh cintamu. Kalau anakmu lebih pilih bersama guru daripada ibunya, itu pertanda adanya masalah yang harus diselesaikan, bukan untuk diumumkan dengan bahagia sebagai alasan untuk ‘menggagalkan’ homeschooling.
Source.
Jadi ketika ada seorang ibu yang curhat dengan sangat ceria bahwa dia gagal homeschooling setelah mencoba, jangan langsung percaya homeschooling itu sulit! Bukankah aneh ya, gagal kok bangga? Jangan-jangan homeschooling-nya juga cuma sebulan, dia bilang ‘sudah mencoba’? Homeschooling seperti apa yang dia coba jalankan itu? Kenapa dia tidak mencoba membuat penyesuaian, malah sangat berbahagia menghentikan homeschooling-nya begitu saja? Barangkali dari awal yang ngotot homeschooling itu hanya suaminya, sedangkan dia sendiri tidak siap mental dan ingin menggagalkan dengan segala cara?
Bobot homeschooling itu bisa disesuaikan, dan malah harus disesuaikan, dengan kondisi anak, dan faktor-faktor lain. Apakah ada ya satu-satunya cara homeschooling yang benar? Tidak ada. Orang-orang pelakunya berbeda, kondisi keluarga berbeda, pengalaman-pengalaman kita berbeda, dan… tempat yang kita tuju juga berbeda-beda. Coba saja lihat 100 blog keluarga homeschooling di satu hari yang sama, pasti ada catatan tentang 100 kegiatan belajar yang berbeda.
Kalau kamu sudah sering membantu anakmu mengerjakan PR sekolah, kamu tahu homeschooling tidak perlu menjadi lebih kompleks dari itu. Tahu nggak, kegiatan-kegiatan percobaan sains yang ada di buku teks pelajaran Sains itu? Meskipun ada sih satu-dua yang dilakukan di kelas dengan panduan guru di kelas, tetapi lebih banyak yang tidak. Bahkan besar kemungkinan tidak dilakukan sama sekali. Guru di kelas memperlakukan semua kegiatan ekstra itu sebagai “saran”, bukan kewajiban. Jadi kalau homeschooling, tidak perlu merasa bersalah kalau tidak semua kegiatan sains di buku kita lakukan.
Selama anak-anak kita terlihat bahagia dan bersemangat belajar, kita sudah berhasil. Tetap berikan lingkungan belajar terbaik yang bisa kita berikan untuk mereka, tetap berikan cinta dan perhatian yang mereka butuhkan, berdoa, dan yakinlah semua akan beres dengan sendirinya dengan seizin Yang Kuasa. Mereka tidak butuh cinta dari guru di sekolah, mereka butuh cintamu. Kalau anakmu lebih pilih bersama guru daripada ibunya, itu pertanda adanya masalah yang harus diselesaikan, bukan untuk diumumkan dengan bahagia sebagai alasan untuk ‘menggagalkan’ homeschooling.
Source.