Alasan-alasan kenapa anak-anak membenci sekolah.
Anak-anak membenci sekolah, itu sudah umum. Tapi, kenapa? Inilah alasan-alasan mengapa mereka membenci sekolah.
1. Ketika mereka ingin mempelajari A, kurikulum memaksa mereka mempelajari B. Duh, nggak minat!
2. Semua minat belajar di luar kurikulum itu hanya hobi yang tidak penting, dan mempelajari hobi tidak boleh berlebihan karena mengganggu pelajaran sekolah.
3. Kalau banyak bertanya (baca: ingin belajar lebih jauh dari lingkup kurikulum), dimarahi.
4. Setelah bosan belajar 7 jam di sekolah, eh pulang ke rumah masih ada PR lagi! Gimana nggak benci?
5. Anehnya ketika sedang asyik-asyiknya belajar A, tiba-tiba harus berhenti karena sudah bel jam pelajaran berikutnya.
6. Pelajaran B, asli membosankan, tetapi anak tidak boleh belajar mata pelajaran lain sampai bel berbunyi. Buang waktu saja! Bosan… Berapa menit lagi ya selesainya?
7. Di kelas, harus duduk diam, mendengarkan, mencatat, lalu setelah menghapal semua data dan fakta, dites, lalu lupa. Di luar sekolah, ilmu itu tidak pernah berguna. Juga tidak pernah keluar dalam percakapan, dengan orang dewasa sekali pun. Lalu belajar apa asyiknya? Apa gunanya?
8. Anak sekolah yang beruntung adalah anak yang kebetulan minatnya sejalan dengan kurikulum. Kebanyakan anak tidak beruntung.
9. Sekarang zaman sudah berubah. Punya ijazah sekolah belum tentu jadi kaya-raya seperti zaman kakek nenek kita. Anak-anak sudah mulai bisa berpikir, buat apa susah-susah belajar hal yang dibenci kalau tidak ada jaminan sukses. Padahal semua orang sukses idola mereka adalah orang-orang yang mengejar minatnya.
10. Manusia terlahir ke dunia dengan nafsu alami memperoleh kebahagiaan dengan cara belajar. Lihat saja bayi dan anak-anak kecil prasekolah, segala hal dicoba dan dipelajari, dan betapa bahagia kelihatannya. Tetapi lalu sekolah mengajarkan pemisahan waktu belajar dan waktu untuk bersenang-senang, seolah-olah itu dua hal yang terpisah. Itulah sebabnya belajar di sekolah itu membosankan.
Source.
1. Ketika mereka ingin mempelajari A, kurikulum memaksa mereka mempelajari B. Duh, nggak minat!
2. Semua minat belajar di luar kurikulum itu hanya hobi yang tidak penting, dan mempelajari hobi tidak boleh berlebihan karena mengganggu pelajaran sekolah.
3. Kalau banyak bertanya (baca: ingin belajar lebih jauh dari lingkup kurikulum), dimarahi.
4. Setelah bosan belajar 7 jam di sekolah, eh pulang ke rumah masih ada PR lagi! Gimana nggak benci?
5. Anehnya ketika sedang asyik-asyiknya belajar A, tiba-tiba harus berhenti karena sudah bel jam pelajaran berikutnya.
6. Pelajaran B, asli membosankan, tetapi anak tidak boleh belajar mata pelajaran lain sampai bel berbunyi. Buang waktu saja! Bosan… Berapa menit lagi ya selesainya?
7. Di kelas, harus duduk diam, mendengarkan, mencatat, lalu setelah menghapal semua data dan fakta, dites, lalu lupa. Di luar sekolah, ilmu itu tidak pernah berguna. Juga tidak pernah keluar dalam percakapan, dengan orang dewasa sekali pun. Lalu belajar apa asyiknya? Apa gunanya?
8. Anak sekolah yang beruntung adalah anak yang kebetulan minatnya sejalan dengan kurikulum. Kebanyakan anak tidak beruntung.
9. Sekarang zaman sudah berubah. Punya ijazah sekolah belum tentu jadi kaya-raya seperti zaman kakek nenek kita. Anak-anak sudah mulai bisa berpikir, buat apa susah-susah belajar hal yang dibenci kalau tidak ada jaminan sukses. Padahal semua orang sukses idola mereka adalah orang-orang yang mengejar minatnya.
10. Manusia terlahir ke dunia dengan nafsu alami memperoleh kebahagiaan dengan cara belajar. Lihat saja bayi dan anak-anak kecil prasekolah, segala hal dicoba dan dipelajari, dan betapa bahagia kelihatannya. Tetapi lalu sekolah mengajarkan pemisahan waktu belajar dan waktu untuk bersenang-senang, seolah-olah itu dua hal yang terpisah. Itulah sebabnya belajar di sekolah itu membosankan.
Source.