"Homeschooling" itu...

Apa yang Anda pahami tentang homeschooling, home education, atau sekolah rumah? Pasti akan banyak penafsiran yang muncul. Homeschooling memiliki banyak model dalam penerapannya. Sebut saja, schooling at home yang memindahkan bentuk sekolah ke rumah. Model ini lengkap dengan kelasnya, laboraturium kecil sampai dengan memanggil tenaga khusus untuk mengajari anak-anak.

"Yang terpenting orangtua harus tahu homeschooling ini untuk apa.
Karena persiapannya lebih kepada mental."

Selanjutnya adalah model homeschooling seperti bimbingan belajar. Model ini boleh saja diterapkan dan tidak salah. Namun, metode yang dinilai paling efektif untuk diterapkan dalam homeschooling adalah model unschooling karena merupakan modifikasi dari model school at home dan bimbingan belajar. Melalui homeschooling model ini, maka anak-anak akan benar-benar terwadahi untuk tumbuh secara natural.

"Jadi, bukan anak tumbuh dengan suka-suka. Tetapi, kemudian ia belajar bersama dengan pertumbuhan minat dan bakatnya," kata Sumardiono, seorang ayah tiga anak, yang telah menerapkan homeschooling.

Pria yang akrab disapa Aar ini menambahkan, keluarga yang menerapkan homeschooling juga bisa dibagi dua. Mereka yang menerapkan homeschooling mulai dari usia sekolah dan mereka yang menerapkan homeschooling setelah ada masalah di sekolah, seperti bullying atau alasan lainnya.

Dua jenis homeschooling itu sangat berbeda pendekatannya, cara pandang dan karakternya.

"Yang terpenting orangtua harus tahu homeschooling ini untuk apa. Karena persiapannya lebih kepada mental," ujarnya.

Menurut Aar, anak-anak yang sejak kecil belajar melalui homeschooling, tidak akan mengenal dunia sekolah formal. Ketika TK, sambungnya, mereka terbiasa bermain dan saat memasuki SD konteksnya menjadi berubah. Anak-anak cenderung menjadi terkekang karena tidak bisa lepas bertanya, dan membuat mereka menjadi kurang aktif. Secara tidak sadar, pendidikan sekolah formal menggiring anak-anak menjadi semakin pasif.

Lain halnya ketika anak-anak yang bersekolah di sekolah formal terpaksa mengikuti homeschooling karena mempunyai masalah di sekolah.

"Biasanya ada proses transisi. Anak-anak menjadi liar dan bingung, karena sebelumnya mereka terpaku oleh jam belajar," jelasnya.

Bagi Aar, sekolah formal membuat waktu belajar dan waktu bermain menjadi terpisah. Selepas waktu sekolah, anak-anak cenderung tidak suka belajar. Tetapi, anak-anak yang sudah menjalani homeschooling sejak kecil tetap akan tumbuh semangat belajarnya, karena waktu bermain dan waktu belajar mereka tidak pernah dipisahkan. Selain itu, karena dibiarkan tumbuh natural, anak-anak homeschooling lebih berani bertanya dan lebih eksploratif.

Mereka bisa belajar kapan saja, pagi maupun sore, bahkan sampai malam dan pada hari Minggu, anak-anak homeschooling enggak ada masalah untuk belajar, karena sama-sama menyenangkan dengan bermain, ungkapnya.

Source.