Bagaimana caranya menggunakan cerita-cerita sebagai inti dari kurikulum pembelajaran anak?

Sejak awal prasejarah, cerita telah menjadi inti dalam semua pembelajaran. Cerita sama sekali bekerja! Dalam terminologi pendidikan, cerita-cerita adalah keseluruhan bahasa dan tentunya memperkaya kurikulum. Tapi dapatkah menjadi fokus utama?


Kemahiran berbahasa.

Pembelajaran keseluruhan bahasa adalah sebuah filosofi belajar dan mengajar yang berdasarkan asumsi-asumsi kunci tertentu. Kita berasumsi bahwa semua pembelajaran adalah sosial dan melibatkan percobaan, menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya, keterlibatan aktif yang memerlukan siswa untuk mengharuskan berbuat sesuatu, membuat keputusan yang melibatkan fisik dan pikiran. Pembelajaran keseluruhan bahasa bukan hanya bahasa, tetapi matematika, seni, musik, drama, dan sistem komunikasi lainnya dalam eksplorasi dari bahan yang disajikan.

Kedengarannya cukup rumit, bukan? Mari kita pecahkan ini ke dalam penerapan nyata untuk penyedehanaan.

Sebuah cerita juga mengatakan dapat menjangkau dan memberi pengetahuan dalam cara yang menarik yang memotivasi murid karena tidak ada lagi yang bisa. Bagaimana caranya? Nah, mari lihat pada perkembangan bahasa pada anak-anak.

Cerita memungkinkan anak untuk mendengarkan, berpikir, dan memahami lingkungannya. Bahasa dan pikiran sangat terkait. Ketika anak-anak mendengar bahasa lisan, mereka membawanya ke alam pikiran mereka dimana mereka mampu memikirkan apa yang mereka dengar. Ketika anak-anak berbicara tentang apa yang mereka dengar dan yang mereka pikirkan, mereka membawa ke luar pikiran mereka melalui bahasa. Memikirkan proses mendengarkan dan berbicara, anak mulai mengembangkan kelompok simbol-simbol abstrak, yang mengekspresikan pikiran internal mereka. Perkembangan bahasa adalah proses yang kompleks dan berkelanjutan sepanjang hidup kita, tapi yang paling kuat adalah dalam jangka waktu antara 2-12 tahun.

Tanpa lingkungan bahasa dinamis yang kuat, anak-anak hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mengalami proses ini. Hasilnya, bahwa anak sebenarnya hanya tahu sedikit daripada teman sebayanya, yang terbuka pada lingkungan bahasa yang kaya akan cerita, lagu, dan kata yang di ucapkan.

Karena cerita memiliki struktur alami dari awal, tengah, dan akhir, mereka adalah beberapa di antara pengalaman bahasa terbaik yang dapat di alami seorang anak. Cerita terdiri dari kata-kata, biasanya di ucapkan berirama dan memiliki kedua makna utama dan makna konotatif. Irama memberikan keterkaitan alami yang dapat di gunakan anak dalam mengekspresikan diri mereka sendiri dalam seni, musik, dan nyanyian (lebih banyak bahasa)



Menggunakan cerita sebagai bagian penting dalam pembelajaran sehari-hari.

Mendengar berbagai macam cerita dari usia dini adalah salah satu harta terbesar yang dapat anda berikan kepad anak. Cerita-cerita awal akan berakar pada anak dan tumbuh. Apakah ada beberapa cara yang dapat kita tanamkan dalam akar cerita ini di kurikulum kita?

Seni bahasa: Anak-anak belajar untuk mendengarkan bahasa buatan dengan baik. Mereka dapat melihat cerita dari gambar-gambar kata yang hidup yang di lukis sang penulis. Anak-anak dapat memperhatikan respon sensorik dalam cerita dari bau, rasa, perasaan, penglihatan, dan suara. Anak dapat di dorong untuk bercerita bersama penceritanya atau mungkin menceritakan bagiannya menurut mereka sendiri setelah mereka mempelajarinya. Itu adalah kisah struktrur sederhana yang cocok untuk mempelajari plot, awal, pertengahan, dan akhir.

Murid dapat menceritakan kisah pada pasangannya dengan mengatakan dialognya saja ketika guru menceritakan sisa cerita, menulis dialog untuk karakter dalam cerita, mungkin menceritakan kisah sebagai laporan berita.

  • Sains: Mereka bisa mempelajari habitat dari beberapa hewan melalui cerita, mungkin kadal atau ular. Mereka bisa belajar apa yang peliharaan mereka makan atau bagaimana merawat peliharaan mereka.
  • Matematika: Jika mereka masih muda, mereka bisa menghitung kata-kata tertentu dalam cerita.
  • Seni rupa: Mereka bisa membuat gambar dinding adegan dari cerita yang mereka dengar atau menggambar peta cerita. Mereka bisa membuat diorama bukit atau yang lainnya.

Semua pelajaran tambahan untuk anak-anak untuk memperkuat ketrampilan-ketrampilan utama yang harus mereka kuasai sebelum sebelum belajar membaca. Ketrampilan lisan datang kedua dalam kemahiran berbahasa. Pertama adalah mendengarkan, kemudian berbicara, kemudian membaca, dan kemudian menulis. Cerita memungkinkan anak-anak untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan mereka.


Narasi dan kemahiran kosakata.

Banyak keluarga homeschooling menggunakan tulisan naratif. Murid menceritakan sebuah kisah dan ornag tua menuliskannya. Sang murid mulai memahamai bahwa keduanya terkait. Dia menceritakan kisah, melihat simbol (kata-kata), mulai memahami kaitan antara kata-kata yang di ucapkannya dan tulisan tertulis yang akhirnya di kuasainya dan mampu untuk membaca. Melihat kata-katanya sendiri di kertas bahkan ketika dia tidak dapat membacanya, memperkuat konsep ini. Itu mendorong dan memotivasi dia untuk membaca baris-baris tulisan yang membentuk kisahnya.

Pemikiran terakhir pada cerita dan kosakata, membaca, menulis. Seorang siswa yang belajar untuk mengumpulkan kata-kata, bahkan jika dia belum bisa membacanya, mulai memahami bahwa kata-kata mempunyai kekuatan khusus untuk proses bahasa dan komunikasi. Ketika kosakata mereka berkembang, begitu juga kata-kata mereka dan mereka bisa melihat itu. Pada titik tertentu, hal ini bahkan merupakan latihan yang berguna untuk anak yang lebih tua untuk membantu mereka memahami kemahiran dalam kosakata yang sangat penting dalam belajar menulis dan membaca dengan baik.

Source: examiner.com