Homeschooling dan Motivasi Homeschooler

Homeschooling. Tahun tahun belakangan ini menjadi trend di beberapa kota besar seperti Jakarta. Konsep bersekolah yang tidak mengharuskan siswa hadir di kelas tiap hari ini menjadi alternatif pendidikan bagi anak anak usia sekolah. Alasan mereka berbeda beda, ada yang karena keterpaksaan, ada juga yang memang memilih untuk belajar mandiri. Beberapa paparan berikut mungkin bisa dijadikan gambaran.

1.Karier dan pola didik keluarga
Bagi pelajar yang mempunyai kesibukan berkarier, bersekolah di sekolah formal tentu menjadi bermasalah. Misalkan pekerja seni profesional atau atlet profesional. Karier mereka menuntut waktu yang cukup banyak dan kadang tak tentu. Sering membolos akan membuat repot pihak sekolah, apalagi kalau si siwa diragukan kemampuan akademiknya.

Sebetulnya sama juga dengan keluarga yang memutuskan bahwa pendidikan formal tidak seharusnya menyita waktu yang terlalu banyak. Keluarga seperti ini berkeyakinan bahwa banyak hal-hal lain yang perlu dipelajari anak untuk bekal kehidupannya daripada pendidikan formal itu sendiri. Atau keluarga yang pekerjaannya berpindah-pindah kota atau bahkan negara. Homeschooling memang pilihan yang rasional. Bagi keluarga yang sudah familiar dengan sistem pendidikan ini, biasanya akan membeli kurikulum dari luar negeri seperti Inggris atau Amerika, yang sudah mempunyai kurikulum paten untuk homeschoolers.

2. Mempunyai catatan buruk di sekolah formal
Tidak naik kelas, dikeluarkan dari sekolah formal, sekarang ini sering kali dijadikan alasan bagi siswa untuk memilih homeschooling di Indonesia. Ini adalah faktor negatif dari sistem homeschooling. Ketidakmandirian dan ketidakmampuan siswa untuk belajar mendorong munculnya praktek-praktek ilegal dalam mencari kelulusan atau sertifikat.

3. Anak yang luar biasa
Kurikulum di sekolah formal, baik materi maupun waktu pembelajarannya disusun untuk anak dengan kemampuan rata-rata. Anak dengan kemampuan di atas atau jauh di atas rata-rata kemungkinan akan bermasalah dengan kurikulum tersebut. Menurut mereka pelajaran di sekolah terlalu lambat atau terlalu bertele-tele. Pada prakteknya memang anak seperti ini bisa menyelesaikan program belajarnya lebih cepat dari waktu sekolah formal, dengan nilai yang maksimal. Memang sekolah-sekolah unggulan sekarang banyak yang menyediakan kelas akselerasi, tetapi homeschooling dengan beberapa keunggulannya tetap bisa dijadikan pilihan.

Sebetulnya ada kelompok keempat dan kelima yang mempunyai alasan lain untuk memilih ber-homeschooling. Yaitu anak yang malas tidak mau sekolah dan anak (atau orang tua) yang tidak tahan kalau tidak mengikuti trend. Ini alasan paling menyedihkan, tapi tidak sedikit di Jakarta anak-anak yang seperti itu. Biasanya mereka menggunakan alasan nomor satu sebagai kamuflase. Dan komunitas homeschooling yang sekarang ini, tidak bisa dibantah, banyak yang memang bertujuan mencari keuntungan finansial, akan melayani tanpa banyak tanya.

Jika kita telaah secara obyektif sistem pendidikan ini, kita akan menemukan keuntungan yang banyak dari sistemnya. Karena sistem homeschooling ini sangat fleksibel untuk diterapkan di keluarga manapun yang sudah mempunyai program dan komitmen yang pasti dalam membesarkan anak-anak mereka.

// Dikutip dari www.pitoyo.com //


"Children require guidance and sympathy far more than instruction. - Anne Sullivan (Helen Keller's teacher)"