Supportive research

Test Result

Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa siswa homeschool rata-rata melebihi teman-temannya pada tes standar. Prestasi Homeschooling, sebuah studi yang dilakukan National Home Education Research Institute (NHERI), mendukung integritas akademik homeschooling. Diantara siswa homeschooling yang mengambil test, rata-rata siswa homeschooling mengungguli teman-teman sebayanya disekolah umum dengan 30-37 persentase poin disemua mata pelajaran. Studi juga menunjukkan bahwa kinerja sekolah umum antara minoritas dan jenis kelamin yang hampir tidak ada diantara homeschooler yang mengikuti ujian.

Bukti baru telah ditemukan bahwa anak Homeschooler mendapat skor yang lebih tinggi pada ujian SAT dan ACT. Sebuah studi di Wheaton College di Illinois menunjukkan bahwa pengangguran yang homeschooling untuk SMA mendapat skor lima puluh delapan lebih tinggi pada nilai SAT mereka daripada para siswa yang menghadiri sekolah umum atau sekolah privat. Kebanyakan perguruan tinggi melihat skor ACT dan SAT siswa homeschooling saat mempertimbangkan apakah mereka pantas masuk perguruan tinggi. Rata-rata, nilai anak homeschooling delapan puluh satu poin lebih tinggi daripada rata-rata nasional pada nilai SAT.

Social Research

Pada tahun 1970, Raymond S. dan Dorothy N. melakukan 4 analisis yang didanai pemerintah federal lebih dari 8.000 penelitian anak usia dini, dari mana mereka menerbitkan temuan-temuan awal mereka dalam Better Late Than Early pada tahun 1975. Hal ini diikuti oleh School Can Wait, pengemasan ulang temuan yang sama dirancang secara khusus untuk para pendidik profesional. Analisis mereka menyimpulkan bahwa, "mana mungkin, anak-anak ditahan dari sekolah formal sampai setidaknya usia delapan sampai sepuluh tahun." Alasan mereka adalah bahwa anak-anak, "tidak cukup matang untuk program-program sekolah formal sampai indra mereka, koordinasi, pengembangan neurologis, dan kognisi siap." Mereka menyimpulkan bahwa memaksa anak-anak untuk masuk sekolah formal ada dalam urutan,"1) Ketidakpastian sebagai anak yang meninggalkan lingkungan keluarga untuk lingkungan yang kurang aman, 2) Bingung pada tekanan-tekanan baru dan pembatasan ruang kelas, 3) Frustasi karena sarana belajar yang belum siap – indra, kognisi, belahan otak, koordinasi – tidak dapat menangani pengendalian pelajaran formal dan tekanan yang mereka bawa, 4) Hiperaktif menumbuhkan kegelisahan dan gugup, dari frustasi, 5) Kegagalan yang secara alamiah mengalir dari keempat faktor diatas, 6) Kenalakan yang merupkana kembaran kegagalan dan tampaknya untuk alasan yang sama. Menurut Moores, "Sekolah formal membakar anak-anak kita. Guru yang mencoba menangani anak-anak ini juga akan terbaka." Selain dari prestasi akademik, mereka pikir sekolah formal yang terlalu awal juga menghancurkan "pergaulan positif", mendorong ketergantungan terhadap teman, merendahkan harga diri, optimis, menghormati orang tua, dan kepercayaan terhadap rekan. Mereka percaya bahwa situasi ini sangat akut terhadap anak laki-laki karena keterlambatan mereka dalam kedewasaan. Moore mengutip laporan Smithsonian pada pengembangan kejeniusan, menunjukkan kebutuhan untuk, "1) banyak waktu yang dihabiskan dengan orang tua yang hangat dan responsive, dan juga orang dewasa lainnya, 2) sangat sedikit waktu yang dihabiskan dengan teman sebaya, 3) banyak melakukan eksplorasi dibawah pengawasan orang tua. Analisis mereka menyarankan bahwa anak-anak membutuhkan "lebih banyak rumah dan sedikit sekolah formal" "eksplorasi bebas lebih dengan... Orang tua batasan yang lebih sedikit atas ruang kelas dan buku-buku," dan "tugas-tugas lama - anak yang bekerja dengan orang tua - dan kurang perhatian untuk persaingan olahraga dan hiburan.

John Taylor kemudian menemukan, menggunakan Piers-Harris Children's Self-Concept Scale, "sementara setengah dari anak-anak yang secara konvensional dididik dinilai pada atau dibawah 50 persen (dalam konsep diri), hanya 10.3% dari anak-anak homeschooling yang melakukannya. Dia lebih lanjut menyatakan, "konsep-diri anak Homeschooling secara signifikan lebih tinggi (dan sangat banyak sehingga statistik) dibandingkan dengan anak-anak yang menghadir sekolah konvensional. Hal ini mempunyai implikasi dibidang prestasi akademis dan sosialisasi, hanya dua yang disebutkan. Bidang-bidang tersebut telah ditemukan untuk konsep-diri paralel. Mengenai sosialisasi, hasil Taylor akan berarti bahwa sangat sedikit anak homeschooling kekurangan secara sosial. Dia menyatakan bahwa para kritikus yang berbicara menentang homeschooling atas dasar kekurangan sosial, sebenarnya menangani area yang menjadi keuntungan homeschooler.

Pada tahun 2003, National Home Educational Research Institute melakukan survei terhadap 7.300 orang dewasa di Amerika Serikat yang telah homeschooling (5.000 selama lebih dari tujuh tahun). Temuan mereka termasuk:

  • Lulusan homeschooling aktif dan terlibat dalam komunitas mereka. 71% berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat yang sedang berlangsung, seperti pembinaan tim olahraga, sukarelawan disekolah, atau bekerja dengan geraja atau asosiasi lingkungan, dibandingkan dengan 37% orang dewasa Amerika Serikat yang berusia sama dengan latar belakang pendidikan tradisional.
  • Lulusan homeschooling lebih terlibat dalam urusan sipil dan memilih suara dalam persentase lebih tinggi dibandingkan teman-teman sebaya mereka. 76% dari para responden berusia antara 18 dan 24 tahun memilih suara dalam lima tahun terakhir, dibandinkan dengan 29% warga Amerika Serikat yang sesuai. Jumlah semkin besar dalam kelompok usia yang lebih tua, dengan tingkat suara tidak jauh dari 95%, dibandingkan dengan 53% masyarakat Amerika Serikat yang sesuai.
  • 58.9% melaporkan bahwa mereka "sangat senang" dengan kehidupan, dibandingkan dengan 27.6% untuk populasi umum Amerika Serikat. 73.2% menemukan kehidupan yang "menarik", dibandingkan dengan dengan 47.3% lainnya.